Senin, 27 Februari 2012

Gunung Berapi


LETUSAN GUNUNG BERAPI
Bencana merupakan peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia dan/atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan Lingkungan, kerugian sarana-prasarana, dan utilitas umum, serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan Dan penghidupan masyarakat (UU 24 th 2007 ). Sedangkan bencana gunung api adalah salah satu bencana alam yang disebabkan oleh letusan atau kegiatan gunungapi yang mengakibatkan kerusakan tata lingkungan hidup dan penderitaan manusia.
1.       Kawasan Rawan Bencana Gunung Berapi
Pemetaan bahaya erupsi gunungapi salah satunya dapat dilakukan dengan pendekatan Geomorfologi. Menurut Maruyama et al. (1980) peran geomorfologi dalam pemetaan overfol lahar yaitu :
Titik-titik di lereng gunung api yang rawan luapan banjir lahar :
·                     Pada titik dimana gradien lereng tiba-tiba menjadi landai
·                     Tempat dimana lembah lahar memotong lembah sungai lama
·                     Pada titik dasar sungai mendadak landai
·                     Tempat dimana terdapat teras dalam lembah lahaar
·                     Pada lembah lahar/lembah sungai yang mendadak menyempit dan dangkal
·                     Lembah sungai membelok dengan tajam.
Selain mengenai kondisi geomorfologi yang mempunyai titik rawan luapan banjir lahar, pemetaan bahaya erupsi gunung api ini juga harus memperhatikan satuan kawasan rawan bencana (KRB) gunungapi menurut BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Adapun satuan KRB gunungapi dinyatakan dalam urutan angka yang menunjukkan tingkat kerawanan suatu kawasan menjadi :
1.     Kawasan Rawan Bencana I (KRB I ) : Kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliiran lava. selama letusaan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat dan lontaran batu pijar. Kawasan ini masih dibagi lagi menjadi  : (a) Kawasan rawan bencana terhadap aliran masa berupa lahar/banjir dan kemungkinan perluasan awan panas dan aliran lava, terletak di sepanjang aliran sungai/dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di merapi. (b) Kawasan rawan bencana terhadap jatuhan berupa hujan abu tanpa memperhatikan arah tiupan angin dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu pijar.
2.     Kawasan Rawan Bencana II (KRB II ) : Kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu (Pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur (Panas), aliran lahar dan gas beracun. kawasan ini dibedakan menjadi (a) Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan pasan, aliran lava, dan gas beracun. (b) Kawasan rawan bencana terhadap lontaran dan jatuhan seperti lontaran batu (pijar), hujan abu lebat dan hujan lumpur (panas).
3.     Kawasan Rawan Bencana III (KRB III ) : Kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu (pijar), dan gas beracun. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi gunungapi yang sangat giat atau sering meletus. Pada kawasan ini tidak diperkenankan untuk hunian dan aktivitas apapun.
Kawasan rawan bencana gunungapi adalah kawasan yang pernah terlanda atau teridentifikasikan berpotensi terancam bahaya letusan baik secara langsung maupun tidak langsung (Mardiatno, 2010). Untuk itu diperlukaan peta kaawasan rawan bencana gunungapi untuk mengetahui secara spasial titik-titik rawan yang sebisa mungkin harus dihindari agar bisa mengurangi resiko bencana. Peta kawasan rawan bencanaa gunung api adalah peta petunjuk tingkat kerawanan bencana suatu daerah apabila terjadi letusan/aktivitas gunungapi. (Mardiatno, 2010). Peta ini menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi daerah rawan bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi pengungsian dan pos  penanggulangan bencana.
Hal yang penting dalam pemetaan bahaya erupsi merapi adalah saat penarikan batas tingkat kawasan rawan bencana gunungapi yang harus memperhatikan arah aliran awan panas, lahar, dan atau guguran lava pijar serta memperhatikan sifat letusan gunungapi yang bersangkutan (tanpa memperhitungkan arah/kecepatan angin), pelemparan lateral serta pola bentanglahan (landscape). Namun, penarikan batas tingkat kawasan bencana ini hanya berlaku apabila letusan gunungapi :
·                     Letusan terjadi di kawah pusat
·                     Arah letusan kurang lebih tegak lurus
·                     Tidak terjadi pembentukan kaldera
·                     Morfologi Gunungapi relatif tidak berubah

2.          Penyebab Letusan Pada Gunung Berapi
Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati permukaan bumi. Gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam di dalam bumi. Magma terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada kedalaman tertentu, suhu panas ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam bumi. Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur dengan magma. Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km di bawah permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km.            Magma yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena massanya yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan.
Kabin magma (magma chamber) inilah yang merupakan gudang (reservoir) darimana letusan material-material vulkanik berasal.Magma yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah tekanan batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan magma meletus atau melelehkan conduit (saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak keluar melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan, kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama meledak dan membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur keluar melalui lubang ini. Setelah semburan berhenti, kawah (crater) yang menyerupai mangkuk biasanya terbentuk pada bagian puncak gunung berapi. Sementara lubang utama terdapat di dasar kawah tersebut. Setelah gunung berapi terbentuk, tidak semua magma yang muncul pada letusan berikutnya naik sampai ke permukaan melalui lubang utama. Saat magma naik, sebagian mungkin terpecah melalui retakan dinding atau bercabang melalui saluran yang lebih kecil. Magma yang melalui saluran ini mungkin akan keluar melalui lubang lain yang terbentuk pada sisi gunung, atau mungkin juga tetap berada di bawah permukaan

3.       Mengantisipasi Gunung Berapi

            Letusan gunung berapi dapat berakibat buruk bagi kehidupan sekitar baik manusia, tumbuhan, maupun hewan. Jika gunung berapi meletus maka magma yang ada di dalam gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain dari aliran lahar, dampak lain akibat gunung berapi meletus antara lain adanya aliran lumpur, hujan debu, kebakaran hutan, gas beracun, gelombang tsunami (jika gunung tersebut berada di dasar laut), dan gempa bumi.Usaha mitigasi untuk bencana alam gunung berapi adalah dengan cara mengevakuasi penduduk yang ada di sekitar gunung berapi. Terkadang usaha evakuasi ini menghadapi suatu dilema, misalnya ketika para ahli vulkanologi harus mengambil keputusan apakah gunung berapi yang dipantaunya akan meletus atau tidak. Jika gejala awal letusan gunung berapi begitu meyakinkan maka para ahli vulkanologi memutuskan untuk segera menginformasikan pada aparat pemerintah daerah untuk mengungsikan penduduk.
Ada kalanya, dengan gejala awal yang begitu meyakinkan sekalipun, ternyata gunung berapi tidak jadi meletus. Banyakpenduduk yang tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari karena berada di pengungsian. Tetapi ketika gunung berapi menunjukkan ketenangannya dan para penduduk kembali dari pengungsian tiba-tiba terjadi letusan hebat dan menelan banyak korban. Peristiwa seperti itu merupakan bukti bahwa gejala awal suatu bencana alam sulit untuk diramalkan.
Pemerintah tidak tinggal diam melihat situasi seperti ini. Masyarakat telah dilatih dan disosialisasikan tentang isyarat-isyarat gunung berapi. Perhatikan tabel di bawah ini!
Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia
Status
Makna
Tindakan
AWAS
§  Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana
§  Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
§  Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
§  Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
§  Koordinasi dilakukan secara harian
§  Piket penuh
SIAGA
§  Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
§  Peningkatan intensif kegiatan seismik
§  Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
§  Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu
§  Sosialisasi di wilayah terancam
§  Penyiapan sarana darurat
§  Koordinasi harian
§  Piket penuh
WASPADA
§  Ada aktivitas apa pun bentuknya
§  Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
§  Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
§  Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal
§  Penyuluhan/sosialisasi
§  Penilaian bahaya
§  Pengecekan sarana
§  Pelaksanaan piket terbatas
NORMAL
§  Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
§  Level aktivitas dasar
§  Pengamatan rutin
§  Survei dan penyelidikan

4.       Yang Harus Dilakukan Saat Gunung Berapi Berapi

Saat Gunung Berapi meletus, biasanya akan terjadi beberapa tanda-tanda alam yang sangat kelihatan dan terasa. Misalnya saja suara gemuruh di dekat gunung yang sedang aktif serta munculnya asap dari kawah gunung berapi. Suhu di sekitar gunung naik, mata air menjadi kering, tumbuhan di sekitar gunung layu, dan hewan-hewan sekitar gunung bermigrasi.
Bukan hanya mengetahui tandanya saja, namun kita juga harus tahu apa yang harus dilakukan saat gunung berapi meletus.
Berikut yang harus dilakukan agar nyawa tidak melayang:
·         Ikuti intruksi dari pemerintah daerah setempat. Jika disarankan mengungsi, segeralah mengungsi.
·         Jangan panik! Kepanikan hanya akan membuahkan masalah baru.
·         Hindari daerah gunung berapi yang lebih rendah dan jauhi lembah-lembah, daerah yang lebih rendah rawan dilalui lava.
·         Evakuasi ke daerah yang melawan arah angin, jika memungkinkan hindari daerah yang arah anginnya searah dengan arah letusan gunung berapi.
·         Persiapkan persediaan pangan dan obat-obatan dan masker untuk menutup hidung.
·         Waspada akan aliran lumpur yang bisa bergerak sangat cepat. Antisipasinya, bergeraklah ke arah yang berbeda atau ke tempat yang lebih tinggi dengan segera.
·         Kenakan pakaian lengkap dan tertutup seperti baju + jaket + celana panjang + topi untuk melindungi tubuh.
·         Helm atau pelindung kepala dan kacamata juga diperlukan untuk menghindari hujan pasir dan kerikil atau bahkan batu.


Persiapan Dalam Menghadapi Letusan Gunung Berapi
  • Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi.
  • Membuat perencanaan penanganan bencana.
  • Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.
  • Mempersiapkan kebutuhan dasar
Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi
  • Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
  • Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
  • Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
  • Jangan memakai lensa kontak.
  • Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
  • Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi
  • Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
  • Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan.
  • Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin

Adapula gunung yang susah diprediksi letusannya, seperti Gunung Sinabung misalnya. Oleh karena itu, pencegahan yang paling bijaksana adalah mengungsi sejauh mungkin.
Hasil Letusan Gunung Berapi
Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :
Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen(NO2) yang dapat membahayakan manusia.
Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas

5.       Mitigasi Bencana Gunung Berapi
Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
  1. Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.
  2. Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
  3. Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.
  4. Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
  5. Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar