LETUSAN GUNUNG BERAPI
Bencana merupakan peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam, manusia dan/atau keduanya yang mengakibatkan korban
dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan Lingkungan, kerugian
sarana-prasarana, dan utilitas umum, serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan Dan penghidupan masyarakat (UU 24 th 2007 ). Sedangkan bencana gunung
api adalah salah satu bencana alam yang disebabkan oleh letusan atau kegiatan
gunungapi yang mengakibatkan kerusakan tata lingkungan hidup dan penderitaan
manusia.
1.
Kawasan Rawan Bencana
Gunung Berapi
Pemetaan bahaya erupsi gunungapi salah satunya dapat
dilakukan dengan pendekatan Geomorfologi. Menurut Maruyama et al. (1980) peran
geomorfologi dalam pemetaan overfol lahar yaitu :
Titik-titik di lereng gunung api yang rawan luapan
banjir lahar :
·
Pada titik dimana
gradien lereng tiba-tiba menjadi landai
·
Tempat dimana lembah
lahar memotong lembah sungai lama
·
Pada titik dasar
sungai mendadak landai
·
Tempat dimana
terdapat teras dalam lembah lahaar
·
Pada lembah
lahar/lembah sungai yang mendadak menyempit dan dangkal
·
Lembah sungai
membelok dengan tajam.
Selain mengenai kondisi geomorfologi yang mempunyai
titik rawan luapan banjir lahar, pemetaan bahaya erupsi gunung api ini juga
harus memperhatikan satuan kawasan rawan bencana (KRB) gunungapi menurut BNPB
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Adapun satuan KRB gunungapi dinyatakan
dalam urutan angka yang menunjukkan tingkat kerawanan suatu kawasan menjadi :
1. Kawasan Rawan Bencana I (KRB I ) : Kawasan yang
berpotensi terlanda lahar/banjir lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat
terkena perluasan awan panas dan aliiran lava. selama letusaan membesar,
kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat dan
lontaran batu pijar. Kawasan ini masih dibagi lagi menjadi : (a) Kawasan
rawan bencana terhadap aliran masa berupa lahar/banjir dan kemungkinan
perluasan awan panas dan aliran lava, terletak di sepanjang aliran sungai/dekat
lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di merapi. (b) Kawasan
rawan bencana terhadap jatuhan berupa hujan abu tanpa memperhatikan arah tiupan
angin dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu pijar.
2. Kawasan Rawan Bencana II (KRB II
) : Kawasan yang
berpotensi terlanda awan panas, aliran lava,
lontaran atau guguran batu (Pijar), hujan abu lebat,
hujan lumpur (Panas), aliran lahar dan gas beracun. kawasan ini
dibedakan menjadi (a) Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan
pasan, aliran lava, dan gas beracun. (b) Kawasan rawan bencana terhadap
lontaran dan jatuhan seperti lontaran batu (pijar), hujan abu lebat dan hujan
lumpur (panas).
3. Kawasan Rawan Bencana III (KRB
III ) : Kawasan yang sering
terlanda awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu (pijar), dan
gas beracun. Kawasan
ini hanya diperuntukkan bagi gunungapi yang sangat giat atau sering meletus.
Pada kawasan ini tidak diperkenankan untuk hunian dan aktivitas apapun.
Kawasan rawan bencana gunungapi adalah kawasan yang
pernah terlanda atau teridentifikasikan berpotensi terancam bahaya letusan baik
secara langsung maupun tidak langsung (Mardiatno, 2010). Untuk itu diperlukaan
peta kaawasan rawan bencana gunungapi untuk mengetahui secara spasial
titik-titik rawan yang sebisa mungkin harus dihindari agar bisa mengurangi
resiko bencana. Peta kawasan rawan bencanaa gunung api adalah peta petunjuk
tingkat kerawanan bencana suatu daerah apabila terjadi letusan/aktivitas
gunungapi. (Mardiatno, 2010). Peta ini menjelaskan tentang jenis dan sifat
bahaya gunungapi daerah rawan bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi
pengungsian dan pos penanggulangan bencana.
Hal yang penting dalam pemetaan bahaya erupsi merapi
adalah saat penarikan batas tingkat kawasan rawan bencana gunungapi yang harus
memperhatikan arah aliran awan panas, lahar, dan atau guguran lava pijar serta
memperhatikan sifat letusan gunungapi yang bersangkutan (tanpa memperhitungkan
arah/kecepatan angin), pelemparan lateral serta pola bentanglahan (landscape). Namun,
penarikan batas tingkat kawasan bencana ini hanya berlaku apabila letusan
gunungapi :
·
Letusan terjadi di
kawah pusat
·
Arah letusan kurang
lebih tegak lurus
·
Tidak terjadi
pembentukan kaldera
·
Morfologi Gunungapi
relatif tidak berubah
2.
Penyebab Letusan Pada Gunung Berapi
Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif
sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi
perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan
material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi
batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati permukaan
bumi. Gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam di
dalam bumi. Magma terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada
kedalaman tertentu, suhu panas ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan
batu-batuan di dalam bumi. Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang
kemudian bercampur dengan magma. Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman
60 hingga 160 km di bawah permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada
kedalaman 24 hingga 48 km. Magma
yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena massanya
yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma
naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah
kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan.
Kabin magma (magma chamber) inilah yang merupakan gudang (reservoir)
darimana letusan material-material vulkanik berasal.Magma yang mengandung gas
dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah tekanan batu-batuan berat yang
mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan magma meletus atau melelehkan conduit
(saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak keluar
melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan,
kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama meledak dan
membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar magma
dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur keluar melalui lubang ini.
Setelah semburan berhenti, kawah (crater) yang menyerupai mangkuk biasanya
terbentuk pada bagian puncak gunung berapi. Sementara lubang utama terdapat di
dasar kawah tersebut. Setelah gunung berapi terbentuk, tidak semua magma yang
muncul pada letusan berikutnya naik sampai ke permukaan melalui lubang utama.
Saat magma naik, sebagian mungkin terpecah melalui retakan dinding atau
bercabang melalui saluran yang lebih kecil. Magma yang melalui saluran ini
mungkin akan keluar melalui lubang lain yang terbentuk pada sisi gunung, atau
mungkin juga tetap berada di bawah permukaan
3.
Mengantisipasi Gunung Berapi
Letusan gunung berapi dapat berakibat buruk bagi kehidupan sekitar baik manusia, tumbuhan, maupun hewan. Jika gunung berapi meletus maka magma yang ada di dalam gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain dari aliran lahar, dampak lain akibat gunung berapi meletus antara lain adanya aliran lumpur, hujan debu, kebakaran hutan, gas beracun, gelombang tsunami (jika gunung tersebut berada di dasar laut), dan gempa bumi.Usaha mitigasi untuk bencana alam gunung berapi adalah dengan cara mengevakuasi penduduk yang ada di sekitar gunung berapi. Terkadang usaha evakuasi ini menghadapi suatu dilema, misalnya ketika para ahli vulkanologi harus mengambil keputusan apakah gunung berapi yang dipantaunya akan meletus atau tidak. Jika gejala awal letusan gunung berapi begitu meyakinkan maka para ahli vulkanologi memutuskan untuk segera menginformasikan pada aparat pemerintah daerah untuk mengungsikan penduduk.
Ada kalanya, dengan
gejala awal yang begitu meyakinkan sekalipun, ternyata gunung berapi tidak jadi
meletus. Banyakpenduduk yang tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari karena
berada di pengungsian. Tetapi ketika gunung berapi menunjukkan ketenangannya
dan para penduduk kembali dari pengungsian tiba-tiba terjadi letusan hebat dan
menelan banyak korban. Peristiwa seperti itu merupakan bukti bahwa gejala awal
suatu bencana alam sulit untuk diramalkan.
Pemerintah tidak tinggal diam melihat situasi seperti ini. Masyarakat telah dilatih dan disosialisasikan tentang isyarat-isyarat gunung berapi. Perhatikan tabel di bawah ini!
Pemerintah tidak tinggal diam melihat situasi seperti ini. Masyarakat telah dilatih dan disosialisasikan tentang isyarat-isyarat gunung berapi. Perhatikan tabel di bawah ini!
Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia
|
||
Status
|
Makna
|
Tindakan
|
AWAS
|
§ Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang
meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana
§ Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
§ Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
|
§ Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk
dikosongkan
§ Koordinasi dilakukan secara harian
§ Piket penuh
|
SIAGA
|
§ Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke
arah letusan atau menimbulkan bencana
§ Peningkatan intensif kegiatan seismik
§ Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera
berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
§ Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat
terjadi dalam waktu 2 minggu
|
§ Sosialisasi di wilayah terancam
§ Penyiapan sarana darurat
§ Koordinasi harian
§ Piket penuh
|
WASPADA
|
§ Ada aktivitas apa pun bentuknya
§ Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
§ Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis
lainnya
§ Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh
aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal
|
§ Penyuluhan/sosialisasi
§ Penilaian bahaya
§ Pengecekan sarana
§ Pelaksanaan piket terbatas
|
NORMAL
|
§ Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
§ Level aktivitas dasar
|
§ Pengamatan rutin
§ Survei dan penyelidikan
|
4.
Yang Harus Dilakukan Saat Gunung Berapi Berapi
Saat Gunung Berapi meletus, biasanya akan
terjadi beberapa tanda-tanda alam yang sangat kelihatan dan terasa. Misalnya
saja suara gemuruh di dekat gunung yang sedang aktif serta munculnya asap dari
kawah gunung berapi. Suhu di sekitar gunung naik, mata air menjadi kering, tumbuhan
di sekitar gunung layu, dan hewan-hewan sekitar gunung bermigrasi.
Bukan hanya mengetahui tandanya saja, namun
kita juga harus tahu apa yang harus dilakukan saat gunung berapi meletus.
Berikut yang harus dilakukan agar nyawa
tidak melayang:
·
Ikuti intruksi
dari pemerintah daerah setempat. Jika disarankan mengungsi, segeralah
mengungsi.
·
Jangan panik!
Kepanikan hanya akan membuahkan masalah baru.
·
Hindari daerah
gunung berapi yang lebih rendah dan jauhi lembah-lembah, daerah yang lebih
rendah rawan dilalui lava.
·
Evakuasi ke daerah
yang melawan arah angin, jika memungkinkan hindari daerah yang arah anginnya
searah dengan arah letusan gunung berapi.
·
Persiapkan
persediaan pangan dan obat-obatan dan masker untuk menutup hidung.
·
Waspada akan
aliran lumpur yang bisa bergerak sangat cepat. Antisipasinya, bergeraklah ke
arah yang berbeda atau ke tempat yang lebih tinggi dengan segera.
·
Kenakan pakaian
lengkap dan tertutup seperti baju + jaket + celana panjang + topi untuk
melindungi tubuh.
·
Helm atau
pelindung kepala dan kacamata juga diperlukan untuk menghindari hujan pasir dan
kerikil atau bahkan batu.
Persiapan Dalam
Menghadapi Letusan Gunung Berapi
- Mengenali daerah
setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi.
- Membuat perencanaan
penanganan bencana.
- Mempersiapkan
pengungsian jika diperlukan.
- Mempersiapkan
kebutuhan dasar
Jika Terjadi Letusan
Gunung Berapi
- Hindari daerah rawan
bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
- Ditempat terbuka,
lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri untuk
kemungkinan bencana susulan.
- Kenakan pakaian yang
bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang, celana panjang, topi
dan lainnya.
- Jangan memakai lensa
kontak.
- Pakai masker atau
kain untuk menutupi mulut dan hidung
- Saat turunnya awan
panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
Setelah Terjadi
Letusan Gunung Berapi
- Jauhi wilayah yang
terkena hujan abu
- Bersihkan atap dari
timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap
bangunan.
- Hindari mengendarai
mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin
Adapula gunung yang susah diprediksi
letusannya, seperti Gunung Sinabung misalnya. Oleh karena itu, pencegahan yang
paling bijaksana adalah mengungsi sejauh mungkin.
Hasil Letusan Gunung Berapi
Berikut adalah hasil dari letusan gunung
berapi, antara lain :
Gas yang
dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen(NO2) yang dapat membahayakan manusia.
Lava adalah cairan
magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir
mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan
sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
Lahar adalah lava
yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat
berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
Hujan Abu
Yakni material
yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat
halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer
jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
Awan panas
Yakni hasil
letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat
batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar
dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang
terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan
sesak napas
5.
Mitigasi Bencana Gunung Berapi
Upaya
memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung
berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
- Pemantauan, aktivitas
gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa
(seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan
menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi
menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.
- Tanggap
Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi
peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan
data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan
pemeriksaan secara terpadu.
- Pemetaan, Peta
Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat
bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi
pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.
- Penyelidikan gunung
berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil
penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
- Sosialisasi, petugas
melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat terutama
yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa
pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada
masyarakat.